Ngangen Bapak
Hampir satu bulan lamanya saya tidak berjumpa Alka. Hampir dua tahun silam, kami memang tidak tinggal bersama. Saya di Bogor dan Alka di Bandung. Alasannya, berbagai hal.
Selama dua tahun itu pula, saya harus menempuh perjalanan ke Bandung untuk dapat bertemu dengan Alka. Biasanya, saya pulang ke Bandung sekitar sekali dalam dua minggu. Meski jarak antara Bogor dan Bandung tidak terlalu jauh, ada beberapa hal yang membuat saya harus menahan rindu sekitar dua minggu itu. Salah satunya adalah urusan ongkos dan waktu.
Kembali ke awal. Khusus di Bulan Agustus 2021 ini, nyaris satu sobekan kalender saya dan Alka tidak bertemu. Terakhir saya pulang ke Bandung adalah ketika awal Agustus. Ketika hari ulang tahun saya. Setelah itu, bablas kita hanya bertemu melalui panggilan video.
Saya rindu. Tentu saja. Satu bulan bukan waktu yang sebentar. Banyak yang terjadi pada Alka dalam kurun waktu itu. Ia sempat mengalami muntah-muntah entah karena apa. Ia juga sempat “mogok” makan, yang alasannya juga tidak kami ketahui.
Selama itu pula, Alka semakin bawel. Banyak kata baru yang dapat diucapkannya. Suatu hari saat ia bangun tidur, ia langsung berkata pada Firda: “Ngangen bapa.” Yang jika diartikan adalah “kangen bapak.”
Ketika Firda menyampaikan hal itu pada saya, hati saya langsung mencelos. Tubuh saya menjadi ringan. Ringan dalam artian kosong dan hampa. Seolah setengah jiwa saya diangkat begitu saja.
Anak itu rindu kepada saya. Bapaknya.
Saya tidak bisa tidak meneteskan air mata. Pelupuk mata saya mendadak basah. Dalam hati, saya pun mengiyakan omongan Alka, bahwa saya juga kangen padanya. Sangat kangen.
Sebenarnya, saya bisa saja secepatnya kembali ke Bandung untuk bertemu anak itu. Namun lagi-lagi. Ada banyak hal yang membuat saya harus mengurungkan hal tersebut.
Mengetahui bahwa Alka menyimpan rindu pada saya, saya hanya bisa termangu. Anak itu membutuhkan saya. Dan saya pun membutuhkannya. Jika sudah begitu, saya ingin segera memeluknya. Menggodanya hingga ia tertawa lepas.
Namun.. Semakin dewasa, kita semakin sulit untuk mewujudkan keinginan.
Selama dua tahun itu pula, saya harus menempuh perjalanan ke Bandung untuk dapat bertemu dengan Alka. Biasanya, saya pulang ke Bandung sekitar sekali dalam dua minggu. Meski jarak antara Bogor dan Bandung tidak terlalu jauh, ada beberapa hal yang membuat saya harus menahan rindu sekitar dua minggu itu. Salah satunya adalah urusan ongkos dan waktu.
Kembali ke awal. Khusus di Bulan Agustus 2021 ini, nyaris satu sobekan kalender saya dan Alka tidak bertemu. Terakhir saya pulang ke Bandung adalah ketika awal Agustus. Ketika hari ulang tahun saya. Setelah itu, bablas kita hanya bertemu melalui panggilan video.
Saya rindu. Tentu saja. Satu bulan bukan waktu yang sebentar. Banyak yang terjadi pada Alka dalam kurun waktu itu. Ia sempat mengalami muntah-muntah entah karena apa. Ia juga sempat “mogok” makan, yang alasannya juga tidak kami ketahui.
Selama itu pula, Alka semakin bawel. Banyak kata baru yang dapat diucapkannya. Suatu hari saat ia bangun tidur, ia langsung berkata pada Firda: “Ngangen bapa.” Yang jika diartikan adalah “kangen bapak.”
Ketika Firda menyampaikan hal itu pada saya, hati saya langsung mencelos. Tubuh saya menjadi ringan. Ringan dalam artian kosong dan hampa. Seolah setengah jiwa saya diangkat begitu saja.
Anak itu rindu kepada saya. Bapaknya.
Saya tidak bisa tidak meneteskan air mata. Pelupuk mata saya mendadak basah. Dalam hati, saya pun mengiyakan omongan Alka, bahwa saya juga kangen padanya. Sangat kangen.
Sebenarnya, saya bisa saja secepatnya kembali ke Bandung untuk bertemu anak itu. Namun lagi-lagi. Ada banyak hal yang membuat saya harus mengurungkan hal tersebut.
Mengetahui bahwa Alka menyimpan rindu pada saya, saya hanya bisa termangu. Anak itu membutuhkan saya. Dan saya pun membutuhkannya. Jika sudah begitu, saya ingin segera memeluknya. Menggodanya hingga ia tertawa lepas.
Namun.. Semakin dewasa, kita semakin sulit untuk mewujudkan keinginan.
Jakarta, Agustus 2021