Run, Alka. Run!
Sebelum Alka hadir di kehidupan saya, saya tidak pernah memerhatikan perkembangan bayi. Kemenakan sekalipun. Terlebih anak orang lain. Saya nyaris tidak peduli. Namun, begitu melihat Alka, saya cukup takjub dengan perkembangannya. Banyak orang bilang, anak bayi bertumbuh dengan cepat, sebelum kita menyadarinya. Akhirnya saya mengamini perkataan tersebut.
Baru kemarin rasanya saya melihat Alka meluncur di kamar bersalin. Baru kemarin juga rasanya anak itu belajar merangkak. Sekarang, tiba-tiba saja Alka sudah bisa berlari dengan sangat cepat. Tidak hanya berlari, Alka sudah mahir mendaki anak tangga tanpa bantuan orang dewasa. Memanjat kursi atau kasur sekaligus turun sendiri. Padahal, usianya belum juga dua tahun.
Diam-diam saya jadi membandingan Alka dengan anak-anak seusia lainnya. Kebanyakan, mereka anak kawan-kawan saya. Saya cukup ragu, mengenai keistimewaan Alka. Apa jangan-jangan, anak seusianya memang begitu? Ternyata keraguan saya terjawab. Anak-anak lain, tidak ada yang seperti Alka. Mereka lebih banyak diam. Bergerak perlahan. Duduk. Makan. Persis kukang!
Berbeda dengan Alka yang tidak pernah berhenti bergerak, kecuali sedang terlelap. Setiap kesempatan, Alka selalu berlari ke sana dan sini sesuka hatinya. Bahkan, ketika dirinya terjatuh atau terantuk, nyaris tidak ada tangis keluar dari mulutnya. Kecuali mengalami kecelakaan yang benar-benar menyakitkan, anak itu pasti menangis. Namun, tangisnya tidak pernah lama.
Saya teringat bagaimana orangtua dan saudara-saudara bercerita mengenai masa kecil saya. Kata mereka, saya tidak mau diam, selalu bergerak, panjat sana-sini, jatuh berkali-kali, dan ya, persis seperti Alka, saya nyaris tidak pernah menangis tatkala mengalami celaka. Kata mereka, jika ingin melihat seperti apa diri saya ketika masih kecil, lihatlah Alka. Persis. Hanya saja Alka dalam wujud seorang perempuan.
Sedikit banyak hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi saya dan Firda. Kami khawatir Alka menjadi anak yang super-aktif, terlebih mengalami celaka yang parah. Namun, kami mencoba berbesar hati, bahwa anak itu sungguh istimewa. Tidak hanya pada kelincahannya, tetapi juga pada kecerdasannya. Pada usianya sekarang, Alka telah mengucap satu-dua patah kata secara berurutan. Belum lagi, ia sudah mampu menghafal dan menyebutkan nama orang-orang, termasuk namanya sendiri. Sesuatu yang mungkin tidak dialami oleh bayi seusianya. Termasuk sikap keras-kepalanya yang sungguh aduhai. Saya sering menuding sikap keras-kepala itu diwariskan oleh Firda, ibunya. Dan Firda pun menuding sebaliknya.
Apa pun itu, Alka telah menjelma menjadi manusia yang luar biasa. Begitu istimewa. Dan hal tersebut menimbulkan keyakinan bagi saya, bahwa suatu hari nanti Alka akan membuat hal-hal besar dalam hidupnya.
Run, Alka. Run!
Diam-diam saya jadi membandingan Alka dengan anak-anak seusia lainnya. Kebanyakan, mereka anak kawan-kawan saya. Saya cukup ragu, mengenai keistimewaan Alka. Apa jangan-jangan, anak seusianya memang begitu? Ternyata keraguan saya terjawab. Anak-anak lain, tidak ada yang seperti Alka. Mereka lebih banyak diam. Bergerak perlahan. Duduk. Makan. Persis kukang!
Berbeda dengan Alka yang tidak pernah berhenti bergerak, kecuali sedang terlelap. Setiap kesempatan, Alka selalu berlari ke sana dan sini sesuka hatinya. Bahkan, ketika dirinya terjatuh atau terantuk, nyaris tidak ada tangis keluar dari mulutnya. Kecuali mengalami kecelakaan yang benar-benar menyakitkan, anak itu pasti menangis. Namun, tangisnya tidak pernah lama.
Saya teringat bagaimana orangtua dan saudara-saudara bercerita mengenai masa kecil saya. Kata mereka, saya tidak mau diam, selalu bergerak, panjat sana-sini, jatuh berkali-kali, dan ya, persis seperti Alka, saya nyaris tidak pernah menangis tatkala mengalami celaka. Kata mereka, jika ingin melihat seperti apa diri saya ketika masih kecil, lihatlah Alka. Persis. Hanya saja Alka dalam wujud seorang perempuan.
Sedikit banyak hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi saya dan Firda. Kami khawatir Alka menjadi anak yang super-aktif, terlebih mengalami celaka yang parah. Namun, kami mencoba berbesar hati, bahwa anak itu sungguh istimewa. Tidak hanya pada kelincahannya, tetapi juga pada kecerdasannya. Pada usianya sekarang, Alka telah mengucap satu-dua patah kata secara berurutan. Belum lagi, ia sudah mampu menghafal dan menyebutkan nama orang-orang, termasuk namanya sendiri. Sesuatu yang mungkin tidak dialami oleh bayi seusianya. Termasuk sikap keras-kepalanya yang sungguh aduhai. Saya sering menuding sikap keras-kepala itu diwariskan oleh Firda, ibunya. Dan Firda pun menuding sebaliknya.
Apa pun itu, Alka telah menjelma menjadi manusia yang luar biasa. Begitu istimewa. Dan hal tersebut menimbulkan keyakinan bagi saya, bahwa suatu hari nanti Alka akan membuat hal-hal besar dalam hidupnya.
Run, Alka. Run!
Bogor, 17 Februari 2021