Saran untuk BuzzeRp Ketimbang Mengurusi Lawakan Satir

Belakangan, frasa “tidak sengaja” mendadak naik daun. Termutakhir, komedian Bintang Emon digoda para BuzzeRp atas komedi satirnya menyoal kasus penyiraman air keras kepada Novel Baswedan. Bahkan “ga sengaja” sempat menjadi trending topic di Twitter saking banyaknya diperbincangkan. Beberapa menyikapinya dengan serius, dan sisanya menjadikan hal tersebut sebagai guyonan.

Ini menarik. Untuk kali kedua, frasa tersebut kembali tenar setelah sebelumnya sempat dipopulerkan oleh Desy Ratnasari lewat tembang legendarisnya “Tenda Biru” di era 90-an silam. Bedanya, “tidak sengaja” kali ini cenderung lebih sensitif untuk dibahas. Buktinya Bintang Emon kena senggol para BuzzeRp yang gercepnya melebihi iklan-iklan peninggi badan di postingan selebgram. Seolah frasa tersebut sangat berbahaya dan tabu untuk diperbincangkan.

Padahal, percaya atau tidak, masih banyak “tidak sengaja” yang lebih berfaedah untuk diurusi oleh para BuzzeRp yang militan ketimbang mengurusi lawakan satir. Misalnya, tidak sengaja menaikkan tarif listrik dengan dalih pemakaian berlebih untuk nonton drama Korea, atau tidak sengaja mengesahkan UU Minerba di tengah kekalutan Pandemi, atau tidak sengaja menggelontorkan dana miliaran rupiah untuk para influencer, atau tidak sengaja melontar canda ala bapak-bapak komplek sebelum pandemi marak di Indonesia.

Bahkan, hemat saya, tidak sengaja lewat depan rumah mantan yang sudah dihiasi oleh janur kuning, lebih menyesakkan dibanding ketidaksengajaan manapun. Kalau kata Baskara Putra, geramnya sampai kebas—atau ke bass (?)

Para BuzzeRp ini kan sudah dibayar mahal. Sudah diberi pelatihan juga oleh para kakak pembina yang tentu kaliber di bidangnya. Termasuk sudah membuat akun-akun bot yang jumlahnya melebihi gugus bintang di galaksi Bima Sakti. Masa, cuma mengurusi lawakan satir? Atau membuat tagar-tagar tertentu untuk dijadikan trending topic. Ish, nggak level! Kalau cuma mempopulerkan tagar mah, Kekeyi juga mampu.

Kembali ke persoalan “tidak sengaja” dalam konteks kasus Novel Baswedan. Memangnya apa sih yang ditakutkan dari frasa tersebut? Sampai para BuzzeRp tersinggung dan mengharuskan turun gunung. Padahal konteks “tidak sengaja” yang dilontarkan oleh Bintang Emon itu logis, dan lucu. Apa mungkin para BuzzeRp sudah kehilangan selera humornya?

Saking emosinya para BuzzeRp ini, bahkan, alih-alih membuat nama Bintang Emon rusak, para netizen justru balik menyerang para BuzzeRp. Blunder. Saya rasa yang menggiring isu tersebut adalah BuzzeRp yang masih magang dan hanya diupah nasi bungkus oleh kakak pembina. Bukan sekali dua penggiringan opini oleh BuzzeRp yang berujung blunder dan menjadi bumerang.

Saran saya, untuk para pendengung, sudah lah coret propaganda receh sejenis itu. Kalian tidak pada kelasnya untuk menanggapi lawakan satir. Kalau memang tujuan kalian adalah membungkam suara-suara bernuansa kritik, lupakan penggiringan isu dengan cara yang murahan seperti itu. Yang lebih berkelas, misalkan, menyunting laman Wikipedia untuk membantu para ahli bahasa dalam membedakan istilah “mudik” dan “pulang kampung”, atau meyakinkan masyarakat bahwa virus Covid-19 tidak berbahaya dan berupaya untuk menggenjot sektor pariwisata.

Lain kali, coba lah minta saran yang lebih cerdas kepada kakak pembina. Atau minta naik honor. Mungkin honor kalian terlalu kecil, dan kalian tidak mampu berpikir jernih karena perut mulai lapar. Untuk memangku tugas sepenting itu, perut kalian tidak boleh lapar.

Anggaran untuk para BuzzeRp tentunya masih tersedia. Bukan begitu, kakak pembina?


Bogor, 2019

Popular posts from this blog

Sapardi

Surat untuk Firda (dan Alka)

Melesat Seperti Roket