Dalam Pelukan Ibu
Saya tidak pernah ingat bagaimana rasanya pelukan ibu. Bukan, bukan karena saya tidak memiliki ibu atau dibesarkan tanpa kasih ibu. Namun, saat itu saya terlampau muda. Kecil. Ingatan saya terbatas dalam hal itu.
Tapi, saya mendadak bisa merasakan kehangatan pelukan ibu tatkala melihat Alka dipeluk oleh ibunya. Istri saya.
Setiap anak itu rewel atau sudah tidur, pelukan ibunya selalu berhasil menjadi solusi ampuh. Dalam pelukan ibunya, Alka selalu nampak tenang, nyaman, dan berangsur meredaka tangisnya.
Senyaman itu kah?
Nampaknya iya. Bagaimanapun Alka berada dalam kandungan ibunya selama 9 bulan lamanya. Hal itu menjadikan Alka demikian karib dengan hangat tubuh ibunya. Mungkin ketika dirinya dipeluk, ia merasakan kenyamanan yang sama ketika masih meringkuk dalam rahim. Ia merasa aman.
Setiap kali melihat Alka dipeluk oleh istri saya, air mata saya selalu tak terbendung. Saya seolah bisa merasakan kehangatan yang Alka rasakan, sekaligus kenyamanan yang istri saya rasakan. Anak itu selalu meringkuk ketika dipeluk ibunya. Tubuhnya melengkung, memperpendek jarak antara dada dan lutut. Belum lagi bibirnya sibuk mengemut ibu jarinya yang mungil. Matanya terpejam. Nikmat sekali.
Sampai kapan Alka akan merasa nyaman saat berada dalam pelukan ibunya? Anak itu akan semakin besar. Bagi anak-anak yang tumbuh dewasa, dipeluk oleh ibunya akan menjadi kegiatan yang langka.
Tapi saya berharap, Alka akan selalu berada dalam pelukan ibunya. Meski bayi itu semakin tumbuh dewasa setiap harinya.
Bandung, 25 Januari 2020