Kacang Mete
Menunggu tidak pernah se-menyebalkan ini. Meski usiamu kini
belum lebih dari satu sobekan kalender. Tubuhmu lagi pasti masih sebesar kacang
mete. Begitu kecil. Meringkuk seorang diri di dalam rahim ibumu.
Taukah kamu, nak? Kurt Cobain juga menamai anaknya dengan “Bean”—kacang. Kelak kamu harus tahu
siapa Kurt Cobain.
Nak. Kamu tahu, kini dunia sudah tidak seindah lagu Louis
Armstrong, yang kelak akan kamu dengarkan.
Dunia begitu kacau ketika kau hadir nanti. Ancaman teror
mengintai, perang di berbagai tempat, krisis ekonomi, wabah penyakit, fanatisme
umat beragama, pemanasan global, gunungan sampah, dan lainnya. Mengerikan.
Sungguh.
Untuk itu, maafkan kami—aku dan ibumu—nak. Bukan kami
bermaksud menyeretmu dalam pelbagai permasalahan dunia ini.
Kamu boleh menyebut kami egois, karena melahirkanmu dalam
kondisi yang sangat mengerikan seperti ini. Itu wajar. Pikiran seperti itupun
kerap menggangguku ketika bertanya tentang mengapa aku dilahirkan.
Jangan khawatir, nak. Masih banyak hal indah yang dapat kami
tunjukkan padamu. Kamu harus mencoba mendengarkan Sigur Ros sambil menikmati
secangkir teh hangat, selagi hujan mengguyur di luar. Kamu juga harus mencoba
nikmatnya membaca buku di sore hari sambil memerhatikan langit berubah menjadi
jingga secara perlahan.
Aku dan ibumu akan membagikan itu padamu. Kamu tidak perlu
khawatir. Aku akan memapahmu menuju jalan yang sulit, kemudian melepasmu,
hingga kamu tersesat, dan mengetahui betapa merindukannya sebuah rumah. Kita akan bertualang, nak!
Anakku, aku akan menunggu sampai saat itu tiba. Tumbuhlah
dengan kecepatan yang tidak kami duga. Beri kami kejutan. Aku akan menunggu
hingga tangismu pecah membelah kamar bersalin. Masih sebesar kacang mete ukuran
tubuhmu kini, nak, tapi kamu sudah mampu mengajariku cara untuk bersabar.
Jaga ibumu nak. Kamu akan bersama dia mulai saat ini hingga
selamanya. Jagalah dia dengan tekadmu yang sekeras batu. Kamu boleh ketuk
dinding perutnya untuk mengabari kami jika semuanya baik-baik saja di dalam
sana.
Sampai jumpa beberapa bulan lagi, petualangan
hebat sudah menantimu.
Anakku. Jika kamu membaca tulisan ini, artinya kamu sudah cukup pintar untuk mampu membaca. Ceritakan kembali padaku surat sederhana ini jika nanti kedua mataku sudah terlalu tua untuk membaca.
Anakku. Jika kamu membaca tulisan ini, artinya kamu sudah cukup pintar untuk mampu membaca. Ceritakan kembali padaku surat sederhana ini jika nanti kedua mataku sudah terlalu tua untuk membaca.
Bogor, 15 November 2018