Hujan Pertama Alka
Pernah merindukan kekasih yang sudah lama tak dijumpai, dan kita tidak tahu kapan ia akan datang? Rindu sekaligus jengkel? Tentu saja. Seperti itu lah perasaan tanah-tanah dan dedaunan menanti hujan yang sirna beberapa bulan belakangan. Tanah-tanah mulai bercelah seukuran paha kambing. Seolah baru saja digoncang gempa bumi. Daun-daun pun menyerah dan berguguran satu-persatu. Berbaring di atas tanah yang tandus. Bertepatan dengan kondisi itu, Alka terlahir di dunia. Ia terlahir saat hujan masih enggan terjun. Saat awan terlampau kikir untuk menangis. Saat matahari terlalu perkasa untuk mengalah. Alka terbilang beruntung karena dilahirkan di Bandung. Yang meskipun sama-sama merindukan hujan, tidak ada kabut asap akibat kebakaran hutan di sana. Sementara banyak anak seusianya di Kalimantan, Sumatra, dan beberapa daerah lainnya yang tengah berjuang untuk mendapat udara bersih. Alka juga termasuk beruntung, sebab bapaknya bukan seorang petani yang harus menanggung rugi akibat bibitnya...