Posts

Showing posts from December, 2016

Mykonos

Aku tidak pernah menganggap hidup ini istimewa. Hidup ini merupakan petaka. Seperti pernah kudengar, nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan. Aku tidak berharap menjadi istimewa. Aku tidak ingin menjadi Yang Maha. Aku hanya ingin mejadi serdak. Tidak diperhatikan oleh sesiapapun. Tidak mengganggu sesiapapun. Aku tidak kecut menjadi sendiri. Tuhan pun menjadi Yang Maha Segalanya karena sendiri. Aku tidak membutuhkan kamu. Tidak juga kalian. Aku membenci insan seperti aku membenci kecap pada bubur. Ingin kukutuk Hawa yang menjelma menjadi kekasih Adam. Lebih kukutuk iblis yang tidak berdaya mengeyahkan Adam dan Hawa. Aku benci semuanya. Aku benci segala bentuk kepasrahan yang mengatasnamakan sistem takdir. Aku mulai jengah dengan segala omong-omong dan haha-hihi. Aku mulai bosan dengan segala perihal cinta dan mengawang tentang anak yang lucu. Aku mulai muak dengan tatanan sosial dan segala kaidah yang omong-kosong. Aku mulai jemu dengan segala Tuhan dan pengikut-pengikutnya. ...

Senyum dari Pantai Utara

Ibarat kapal phinisi yang mulai bentangkan layar. Lelampu mulai dinyalakan. Tiada benderang. Remang-remang saja kata orang. Biar bagaimana, laron dan sebangsanya berduyun hampiri pendar pelita. Candra menggantung malas pada tawang. Gemintang berkelip malu di antara awan pirau. Seruan salat dari surau sudah tinggal. Saatnya para kupu-kupu unjuk aksi guna tarik para juru kemudi. Seperti lampu yang memikat laron. Digoda senyum berbalut gincu semerah saga, prahoto kontan diparkir di muka kedai. Berjajar-berbaris bagai semut rindukan sukrosa. Lepas lelah perjalanan dalam dekapan tubuh-tubuh sintal yang aduhai. Halau angin ganas dengan selimut bernyawa. Irama dangdut dari Sang Raja susupi asap kretek murahan. Aroma Bintang usik serangga yang turut turun pesta. Gelak para pejantan setiap dirayu soal kegagahan. Cekikik betina setiap digoda ihwal pinggul dan dada. Malam ini milik mereka. Malam esok milik mereka. Malam kemarin milik mereka. Menjelang penghujung malam, irama Rhoma disubstit...

Salam dari Tepi Kota Industri

Image
Kota Industri klikbekasi.co Ada siklon yang kembali dihembuskan Sang Maha Segalanya. Ada asa yang kembali diikat tanpa mesti terputus predestinasi. Ada rasian yang tidak harus terputus oleh bangun. Merekah kusuma di pagi hari, berarti menyambung kehidupan di hari itu pula. Hilangnya gemintang oleh syamsu, bukan berarti matinya suatu kehidupan. Ia cuma menggaib sejenak, lantas kembali petang. Mirip buruh kuli yang lunglai di balik mesin pencetak periuk dan menanti tanggal muda. Periuk kelompang serupa isi perut. Kartika tiba dengan gugusnya. Orok tak mampu merengek, hisapi tetek ibunda yang kerontang. Buruh kuli tangisi dapur yang lama tak ditamui asap. Buruh kuli tangisi bini yang tagih janji geraham emas ketika muda di Binaria. Ingin akhiri hari dengan beradu di dipan untuk usir payah. Tapi perut nyanyikan keroncong saingi nyamuk yang kian gemuk. Ingin bermimpi pun silang selimpat. Butuh kapital bakal Baygon.   Jagat tertawai nasib. Nasib tuding balik nafsi yang nah...